Minggu, 12 April 2009

PUISI PASKAH

Pemilu di Negeri Jauh

pemilu rupanya tak hanya di bumi
juga di negeri jauh
tadi pagi seorang ts mendatangiku
“jangan lupa pilih yesus,” katanya sehabis ceramah
lantas meninggalkan segepok kartu nama, kalender,
poster, jam dinding, plus sesuatu ke dalam saku

sebelumnya, ts lain berbuat sama
kalau ingin kebebasan pilihlah dia
seraya menunjuk sosok gambar yang cukup terkenal
kau akan diberinya kuasa

yudas beda lagi
dia datang seorang diri
sudah lama aku diasingkan
bosan jadi oposan
misiku adalah keadilan, orasinya

tiba waktunya
orang datang berduyunduyun
bersama yang dijagokan

“hidup yesus.. pilih lusifer.. yudas pasti menang!” riuh massa bak pertandingan tinju
tim pemantau yang diketuai da vinci mulai kerepotan

suasana makin mengharubiru
ketika ketiga calon didaulat
memberikan suara pertama kali

yesus yang pertama
dengan kesebelas ts dan perempuanperempuan pengagumnya
ia mengangkat kertas suara seraya berkata;
“inilah tubuh dan darahku yang dikurbankan bagimu
berbahagialah kalian yang memilih aku!”

tak lama gerombolan pasukan perang muncul
mengarakarak lusifer di atas kereta kencana
“atas nama kekuasaan,kubebaskan kalian.”

kemudian datanglah yudas seorang diri
sebelum nyoblos diciumnya yesus
“yang lalu biarlah berlalu,” bisiknya

tibalah penghitungan suara
yesus, lusifer dan yudas disandingkan

da vinci membacakan hasilnya
ketiganya berimbang,
masingmasing kurang 20 persen suara

pasti ada penimbunan, gerutu yesus
lusifer curigai konspirasi
sementara yudas merasa dikhianti massanya

pemilu mesti diulang sekali lagi
tapi yesus dan lusifer tak sepakat
lantas memilih berkoalisi

tinggallah yudas
dengan perasaan kecewa
hari itu juga dia ditemukan mati
tergantung di pokok kayu yang tak berapa tinggi!


Memilih Elia

ketika tubuhmu ditusuk sejarah
semesta pun tumpah
dari lambungmu bercucuran matahari
dengan sesenggukan perempuanperempuan itu menampungnya
untuk diberikan pada anak cucu

-seorang anak kecil
yang tak tercatat dalam riwayat
menawari dusta-

tapi kau memilih elia
dan mati sebagai prahara!


Ciuman Yudas

yudas tak menyangka
ciumannya berakhir di kayu salib
disangka sang guru nan ajaib akan raib

ia tak menduga
gurunya itu pasrah begitu saja
membiarkan pakupaku menembus tangannya

ketika yesus berseru;
“eli.. eli.. lama sabakthani!”
yudas pun menderu;
“guru.. guru.. kok kau biarkan aku menciummu?”


The Last Supper

malam ini, izinkan aku ikut makan bersamamu
di rumahku nasi telah basi
kan kau murah hati
apalah arti sepiring
bila batu saja bisa kau rubah menjadi roti

tidak.. tidak
aku takkan berisik juga ngeyel
manalah aku berani
melihat yohannes saja aku kecut

izinkanlah rabbi
sebab di negeriku lapar sengaja dipelihara
apalah salahnya bertambah satu
kan ada kursi tersisa
yudas masih terlalu kenyang
sebab baru dijamu imamimam itu

�gitupun jadi..

tak apa aku di dapur aja
menunggu bekas-sisanya
bila pembicaraan kalian begitu rahasia!


Seikat Mawar dari Guadalupe

elang bernyanyi
tentang perempuan yang datang menderangderang
mengenakan tilma, pakaian indian itu

sebab seikat mawar telah meremukkan kepala ular
aztec pun tunduk di kaki diego
perawan makin dimuliakan
sebagai simbol kebersahajaan!

HARI RAYA PASKAH

hidup yang kekal. (Yoh 3,16)

Get Code | Create Your Own!
3/13/2009
HARI RAYA PASKAH


Mengapa disebut demikian dan kapan diangkat menjadi Liturgi Gereja?

Beberapa kata yang menunjuk pada kata Paskah adalah : Pesach (Ibr) atau Pasover (Ing) atau Pascha (Yun) berarti “lalu”. Kata lain untuk Pasover adalah Easter, namun arti kata Easter tidak menentu. Pandangan umum pada abad ke 8, kata Easter dikaitkan dengan pemujaan dewi musim semi orang-orang Anglo-Saxon (Ing) yang bernama Eostre. Dalam bahasa Romawi dan beberapa bahasa lain, kata Easter (Ing) lebih menunjuk pada kata Pesach (Ibr) atau Pasover.

Secara teologis dan liturgis, Paskah berakar pada kitab Perjanjian lama. Dalam Kitab Keluaran (Exodus) kata Paskah menunjuk tidak hanya “berlalunya” bencana dari orang-orang Yahudi di Mesir, tetapi juga “bebasnya” Israel dari perbudakan Mesir menuju tanah terjanji (Kanaan). Paskah Yahudi berarti perayaan syukur atas pembebasan (tulah dan perbudakan) dan persembahan hasil pertama dalam tahun. (Paskah Yahudi lihat Kel 12).

Paskah Yahudi selalu dirayakan berdasarkan kalender (penanggalan) yang berdasarkan siklus bulan (moon) yaitu pada hari ke 14 Nisan atau Abib (bulan pertama) dalam penanggalan Yahudi yang jatuh antara bulan Maret dan April. Sehingga dapat jatuh pada hari apa saja dalam pekan.

Paskah orang Kristen pertama dirayakan sebagai peringatan akan wafat (dan kebangkitan) Kristus yang disalib. Mereka merayakan Paskah pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama atau sesudah waktu siang dan malam sama lamanya atau siklus musim yang berkisar antara tanggal 22 Maret sampai 25 April (setelah 21 Maret).

Pada abad ke 2, karena adanya dua kalender yang digunakan untuk menentukan perayaan Paskah, maka timbul pertentangan dan Konsili Nicaea (tahun 325) menentukan perayaan Paskah yaitu pada hari Minggu sesudah hari ke 14 Nisan dan sesudah waktu siang dan malam sama lamanya, sebagai jalan tengah. Namun kesulitan muncul dengan harus diperhitungkannya kalender Yulianus yang berdasarkan siklus Matahari. Hingga abad ke 9 pertentangan tetap timbul, dan mulai teratasi dengan adanya kalender Gregorius pada tahun 1582, beberapa daerah lain mulai menyesuaikan.

Pengertian Paskah secara Teologis-Liturgis :

Tema pokok Paskah adalah perayaan wafat, kebangkitan, kenaikan dan turunnya Roh Kudus bagi Gereja. Paskah dipersiapkan dengan masa persiapan (Pra-Paskah / Puasa) dan diikuti 50 hari sesudahnya (masa Paskah) yang berakhir pada hari Pentakosta.

Paskah bukan hanya mengenangkan peristiwa masa lalu saja, tetapi sebagai ungkapan kematian dan kebangkitan Kristus dengan hidup baru yang dibagikan kepada umat yang percaya kepada-Nya.

Di dalam liturgi Paskah diikuti dengan pembaptisan, ini mengungkapkan bahwa orang yang dibaptis bebas dari dosa dan bangkit dengan hidup baru dalam Kristus. Pakaian putih para baptisan sebagai simbol, bahwa mereka terbebas dari kegelapan dosa oleh Terang Kristus yang bangkit.

Liturgi sekarang diawali dengan perarakan Lilin Paskah dalam kegelapan sebagai simbol Kristus yang bangkit adalah terang dunia yang menghalau kematian dan kegelapan dosa, kemudian menyusul Exultet yang mengingatkan kita akan Allah yang membebaskan umat-Nya di masa lampau.

Upacara liturgi ini hanya diadakan seandainya tidak ada upacara liturgi pada Malam Paskah atau banyak umat yang belum mengikuti upacara liturgi Vigili Paskah.

Warna Liturgis adalah Putih, lambang Kemuliaan dan Kegembiraan. Perayaan Ekaristi sama dengan Hari Minggu.

Untuk kita renungkan :
Yesus bangkit untuk apa dan bagi siapa? Selamat bangkit bersama Kristus Jaya, seraya bernyanyi “Alleluia”.

HARI PASKAH

Penentuan Waktu dan Kepentingan

Paskah merupakan tempoh Hari Suci pertama dalam kalendar suci, iaitu satu kalendar lunar yang terdiri dari dua belas bulan lunar dengan satu bulan ketiga belas sebanyak tujuh kali dalam kitar kalendar itu, yang berulang setiap 19 tahun. Tahun suci bermula pada bulan Nisan, atau Abib, atau sekitar bulan Mac dan berakhir dengan bulan Adar selaku bulan kedua belas, atau Adar II selaku bulan ketiga belas.



Paskah didahului oleh tempoh Pengudusan Bait Suci, yang bermula pada hari pertama bulan pertama dan berterusan hingga hari ketujuh bulan pertama, iaitu hari pengudusan mereka yang berdosa dengan tidak sengaja dan dengan tidak sedar (lihat karya Pengudusan Bait Suci Tuhan [241]).



Paskah adalah suatu hari raya peringatan yang mewakili suatu siri ciri-ciri di dalam rencana keselamatan. Pemeliharaan Paskah dan Hari-hari Roti Tidak Beragi merupakan satu tanda kepada kita bahawa kita adalah umat Tuhan (Keluaran 13:3-10). Peristiwa Keluaran membentuk dasar perayaan ini, dan sungguhpun cerita itu berdasarkan pada keselamatan fizikal bangsa Israel, simbolisme perayaan ini mewakili keselamatan rohani seluruh planet ini. Planet ini berada di bawah kekuasaan Elohim yang jatuh murtad yang dipimpin oleh kerub yang menutupi/berjaga yang dipanggil Iblis (Syaitan). Ini dibincangkan dalam penjelasan-penjelasan mengenai kosmologi dalam karya-karya Umat Pilihan Sebagai Elohim [001] dan Tuhan Yang Kita Sembah [002]. Mesias digambarkan oleh pengorbanan anak domba Paskah itu serta turutan perayaan ini. Perayaan ini sebenarnya berdasar sekeliling pengunduran ketenteraan besar-besaran dari negeri Mesir yang digunakan untuk menggambarkan penebusan dunia ini dari dosa. Kristus adalah hasil sulung tuaian dunia ini. Itulah sebabnya kenapa tiga musim perayaan itu berdasarkan pada sistem tuaian di hemisfera utara dan khususnya di Yerusalem, yang telah dipilih sebagai pusat struktur pentadbiran kerajaan Tuhan, untuk zaman milenium dan juga zaman selepas milenium.



Kristus sebenarnya menurut peraturan-peraturan Paskah sepanjang tempoh di mana disalibkan. Oleh kerana Kekristianan moden hari ini memelihara perayaan Easter orang pagan, ia tidak mempunyai penjelasan bagi perjamuan yang dikenali sebagai Perjamuan Akhir itu, dan juga bagi penetapan masa sebenar untuk permulaan serta pengakhiran perayaan tersebut. Simbolismenya umumnya telah hilang dalam Kekristianan moden.

Minggu, 22 Maret 2009

Persiapan Perjamuan Kudus

Apa sebenarnya arti dari mengikuti Perjamuan Kudus dan mengapa kita melakukan hal ini? Sadarkah kita bahwa hal ini sebenarnya memiliki arti yang dalam dan lebih dari sekadar tradisi maupun rutinitas? Karena itu marilah kita melihat ke apa yang ditulis oleh rasul Paulus tentang hal ini dalam suratnya kepada jemaat di Korintus.

I Korintus 11:23-29

Ayat 23-26
" . . . Tuhan Yesus mengambil roti, . . . memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan . . . lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang."

Penggunaan roti dan cawan di sini melambangkan sebuah perayaan, karena rupanya begitulah cara orang-orang di jaman itu merayakan pesta. Dan inilah Perjamuan Kudus itu, yakni sebuah perayaan yang kudus.
Roti adalah lambang dari tubuh Kristus itu sendiri. Dalam terjemahan bahasa Inggris terdapat kalimat berikut: "Inilah tubuhKu yang terpecah bagimu." Hal ini tentunya tidak berarti bahwa tubuh Kristus benar-benar terpecah, melainkan menunjuk ke pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Dalam dua kata yang pertama tersirat bahwa Kristus menyerahkan diriNya untuk kita, sementara lanjutan dari kalimat tersebut mengajarkan bahwa karena pengorbanan Kristus inilah kita bisa memperoleh pengampunan dan berkat-berkat karena kematianNya.
"Perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku" Darah Kristus yang begitu berharga telah dicurahkan di atas kayu salib sebagai alat pendamaian bagi mereka yang percaya. Secara spiritual "meminumnya" berarti bahwa kita sebagai orang-orang percaya boleh turut ambil bagian dalam pendamaian ini. DarahNya yang mengalir dari bukit Golgota membawa keselamatan bagi kita dan memeteraikan suatu perjanjian yang baru antara Allah yang kudus dan dunia yang telah jatuh dalam berdosa.
"Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Jadi Perjamuan Kudus itu sebenarnya adalah suatu peringatan untuk membantu kita mengingat sesuatu. Kalau kita bisa selalu ingat akan kematianNya, maka tidak perlu ada Perjamuan Kudus. Tetapi kita adalah manusia yang lemah dan karena itu kita perlu terus-menerus diingatkan akan apa yang telah Yesus lakukan bagi kita. Dengan penuh pengucapan syukur kita harus memeteraikan hal ini di hati nurani kita dan dengan penuh sukacita kita harus memuji namaNya. Kita menyatakan kematiaanNya sebagai kehidupan kita.

Ayat 27-29
"Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu."

Kalau saudara pergi ke pesta, pasti saudara akan mempersiapkan diri dengan baik bukan? Pakai pakaian yang rapi, membawa hadiah... Begitulah juga seharusnya jika kita hendak duduk di meja perjamuan Tuhan. Biarlah setiap mereka yang ingin menghadiri perayaan kudus ini memeriksa dirinya sendiri. Apa yang bisa kita berikan bagi Dia? Allah tidak berkenan kepada emas dan perak, tetapi "korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan [dipandangNya] hina." (Mazmur 51:19)
Penyesalan, karena orang-orang percaya harus menyangkal diri dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kristus untuk dipakai sesuai dengan kehendakNya. Iman, karena walaupun tidak sempurna, iman itulah yang menjadikan kita yang sebenarnya tidak layak ini, layak di hadapan Tuhan. Semoga Tuhan kita Yesus Kristus, pendiri dari Perjamuan Kudus itu sendiri, memberkati persiapan saudara untuk mengikuti perayaan kudus ini, supaya saudara didapatiNya layak di hadapanNya ketika saudara datang menghadap hadiratNya.

Pemeriksaan Diri Menghadapi Perjamuan Kudus

Agar kita layak untuk mengambil bagian dalam meja Perjamuan Kudus, Rasul Paulus berpesan supaya setiap kali kita melakukan pemeriksaan diri (sensora morum) menjelang perayaan sakramen ini (I Korintus 11:23-29).
Majelis Jemaat mengundang segenap warga jemaat untuk melakukan pemeriksaan diri dengan merenungkan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Bagaimana hubungan saya dengan Allah ?
1. Apakah saya sungguh-sungguh percaya dengan sepenuh hati dan menyerahkan diri kepada Allah, yang dalam Yesus Kristus telah membebaskan saya dari dosa dan kuasa kegelapan serta menyelamatkan saya ?
2. Apakah saya mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi saya, dengan tidak berpaling kepada ilah-ilah lain, seperti mendewa-dewakan uang, percaya kepada tahyul dan jimat, minta pertolongan dan berkat kepada roh-roh di tempat yang dianggap keramat, kepada tukang-tukang ramal, tenung, orang mati dan sebagainya ?
3. Apakah saya dengan setia berdoa kepada Tuhan setiap hari dan berusaha dengan rajin memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam hidup saya sehari-hari.
2. Bagaimana hubungan saya dengan sesama ?
1. Apakah saya mengasihi sesama seperti diri saya sendiri seperti yang difirmankan Tuhan ?
2. Apakah saya hanya mementingkan diri sendiri, serta memandang dan memperlakukan orang lain untuk kepentingan diri sendiri ?
3. Apakah saya sering mengingini kepunyaan orang lain, sehingga saya terdorong untuk bersaing secara tidak sehat, memfitnah, menipu, mencuri dan sebagainya ?
4. Apakah saya sering secara tersembunyi atau terbuka, membenci, mendendam dan bersikap acuh terhadap orang lain ?
1. Bagaimana sikap hidup saya sebagai pribadi ?
1. Apakah saya tidak sering menganggap diri sendiri yang paling terutama dan pertama padahal firman Tuhan berkata bahwa saya harus menyangkal diri sambil menurut teladan Kristus ?
2. Apakah saya tidak lebih sering menuntut untuk dilayani daripada melayani ? Jika kita mawas diri dengan sungguh-sungguh, maka kita akan menyadari bahwa kita telah berdosa dalam berbagai hal dan bermacam cara. Karena itu kita patut merendahkan diri dihadapan hadirat Allah serta mengakui dosa-dosa kita kepadaNya.
Firman Tuhan berkata:
"Jika kita berkata, bahwa kita tidak berbuat dosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adlah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan" (Yohanes 1 : 8-9).
Kiranya Roh Kudus menyertai dan menolong kita untuk mempersiapkan diri menghadapi meja Perjamuan Kudus.

Jumat, 20 Maret 2009

Kebebasan Beribadat dan Pluralisme Agama di Indonesia

Sebuah pengantar diskusi,

Bagaimanapun juga yang hendak kita bicarakan saat ini sangat terkait dengan isu yang tengah marak: penutupan rumah-rumah ibadat oleh massa. Dan yang menarik adalah bahwa yang menjadi sasaran aksi massa tersebut hanyalah rumah-rumah ibadat kristen. Sementara rumah-rumah ibadat minoritas non-kristen (hampir-hampir) tak tersentuh oleh aksi-aksi tersebut. Oleh karena itu supaya diskusi kita tidak bias kemana-mana, saya menyarankan agar kita memfokuskan diri pada masalah hubungan umat Kristen dan Islam saja.

Tulisan ini juga tidak saya maksudkan untuk memberi jawab ataupun solusi atas masalah tersebut. Karena saya tidak beranggapan bahwa saya paling tahu mengenai masalah ini. Saya hanya bermaksud memetakan permasalahan yang ada dan mencoba melontarkan beberapa pertanyaan yang barangkali bisa mengarahkan diskusi kita untuk mencari solusi atas persoalan yang ada, sekaligus kita dapat saling memperkaya pemahaman kita menyangkut hubungan umat Islam dan Kristen di tanah air kita.

Sejarah Panjang Konflik Kristen-Islam

Dalam sejarah perjumpaan umat Islam dan Kristen memang tidak selalu diwarnai dengan konflik. Adanya bangunan gereja yang dapat berdiri tepat di samping bangunan mesjid di beberapa tempat (GKJ Joyodiningratan, Solo, umpamanya) menjadi bukti dan saksi bahwa hubungan damai antara kedua kelompok agama tersebut bisa juga terjalin. Namun di samping itu kita juga tidak dapat memungkiri adanya lembaran sejarah hitam yang mewarnai perjumpaan kedua kelompok agama tersebut. Dan sepanjang sejarah hitam tersebut paling tidak, dapat disebutkan 4 konflik besar yang sampai saat ini masih terus dicoba dihidup-hidupkan.

Konflik besar pertama adalah perang salib yang berlangsung selama hampir 300 tahun (1096 ? 1192 dan 1199 ? 1291) dengan jumlah korban yang amat besar. Perang yang pertama kali dikobarkan oleh Paus Urban II untuk merebut Yerusalem dari kekuasaan kaum muslim telah meninggalkan trauma yang amat mendalam khususnya bagi umat Islam sampai dengan detik ini. Sekalipun perang salib diakhiri dengan kemenangan pasukan muslim, namun kebrutalan pasukan Kristen yang kalah perang itu telah meninggalkan bekas yang sampai detik ini tidak terhapuskan. Itu sebabnya istilah ?perang salib? atau crusade menjadi kata yang teramat sangat sensitif di telinga kaum muslim. Karena kata itu akan selalu dikaitkan dengan sejarah perang salib itu.

Peristiwa kedua adalah kemunduran pengaruh Islam di berbagai wilayah dunia. Kemunduran ini diawali dengan terusirnya kekuasaan Islam atas Spanyol (1492), di mana raja Ferdinand berhasil mengusir pasukan muslim dari Granada yang merupakan pijakan terakhir umat muslim di Eropa. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama reconquista atau reconquer yang berarti penaklukan kembali. Pada tahun yang sama sebagai buntut dari kemenangan tersebut dilakukanlah pengusiran besar-besaran terhadap umat muslim dan Yahudi dari Spanyol dan wilayah-wilayah lain di Eropa Barat (Portugal ? 1497 dan Provence ? 1508). Sejak saat itu praktis dapat dikatakan bahwa Eropa terbebas dari kaum muslim. Dan ini merupakan babak baru dalam sejarah Eropa.

Namun meskipun kaum muslim telah kehilangan basisnya di Eropa, kemunduran itu tidak serta merta terjadi. Pada abad ke 16 masih berdiri 3 imperium Islam yang amat berjaya. Salah satunya yang terkenal adalah imperium Utsmaniyah (Ottoman) yang jauh lebih maju dan efisien dibandingkan dengan kerajaan manapun di daratan Eropa. Sehingga bisa dikatakan bahwa sampai akhir abad 17 imperium Islam masih merupakan kekuatan adidaya di dunia. Bersamaan dengan itu di Eropa terjadi peristiwa renaissance atau pencerahan. Secara perlahan tapi pasti kebudayaan Eropa mulai berkembang dan menyerbu berbagai wilayah, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Islam yang terus mengalami kemerosotan dan kemunduran. Meskipun beberapa kerajaan Islam berusaha untuk mengadopsi kemajuan dan kebudayaan Barat dalam rangka mengimbangi kekuatan Barat, namun karena pola berpikir yang berbeda menyebabkan upaya mengejar ketertinggalan itu justru membuahkan berbagai masalah sosial dan konflik-konflik internal yang serius di wilayah-wilayah Islam. Menurut Karen Armstrong konflik antara Barat dengan Islam sebelum abad 18 sebenarnya tidak terjadi secara langsung. Tidak ada konflik militer pada masa-masa itu. Yang terjadi adalah persaingan antara kekuatan barat dan Islam. Kekalahan umat Islam terhadap Barat terutama oleh karena cara dan pola berpikir yang berbeda. Kaum Barat semenjak terjadinya pencerahan praktis telah meninggalkan cara berpikir konservatif-mitologis (yang selalu berusaha kembali ke alam purba, ke jaman kitab suci). Sementara kebudayaan Barat pasca-pencerahan sudah meninggalkan cara berpikir semacam itu dan menggantinya dengan pola berpikir logos yang radikal. Rasionalisme ? sebagai hasil berpikir logos ? menjadi daya dorong yang amat dahsyat dalam memajukan ekonomi, politik, kebudayaan dan militer Eropa. Keruntuhan pengaruh Islam menjadi telak dengan hegemoni yang dilancarkan oleh bangsa-bangsa Eropa pada abad 18. Di sinilah konflik militer mulai terjadi.

Konflik ketiga terjadi pada masa kolonialisme. Kolonialisme Eropa telah menyebabkan umat muslim terpinggirkan di tanah airnya sendiri. Invasi bangsa Barat menyebabkan terjadinya pemaksaan kultur modernisme dan sekularisme ke dalam wilayah-wilayah yang secara umum masyarakatnya tidak cukup siap untuk menerima hal itu. Meskipun sekurang-kurangnya sekularisme bukanlah paham yang baru bagi umat Islam, karena Ibn Idris dan beberapa tokoh pembaharu Islam lainnya pada abad 17 telah memperkenalkan pemikiran sekularisme ini, namun sekularisme yang dibawa oleh bangsa Barat yang disertai dengan kekuatan militer telah menimbulkan luka jiwa yang teramat dalam di masyarakat muslim. Itu sebabnya masyarakat muslim selalu memandang bahwa sekularisme adalah produk Barat yang bertujuan hendak menghancurkan Islam. Era kolonialisme ini sampai sekarang masih meninggalkan bekas-bekasnya dalam bentuk berbagai konflik regional di wilayah-wilayah Islam, Palestina adalah salah satu contoh yang paling nyata.

Peristiwa 11 September (11/9) nampaknya bisa dijadikan sebagai patokan dari konflik keempat. Meskipun peristiwa itu tidak bisa dilepaskan kaitannya dari era kolonialisme dan berakhirnya era perang dingin antara blok Timur dengan blok Barat (yang terutama direpresentasikan oleh Amerika Serikat). Era perang dingin diakhiri dengan bangkrutnya Uni Soviet sehingga AS keluar sebagai negara pemenang. Ia menjadi satu-satunya negara adikuasa yang bisa menentukan hitam-putihnya dunia. Dengan kekuatan ekonomi, militer dan diplomasinya AS tidak segan-segan untuk memaksakan kehendaknya sendiri ke berbagai wilayah yang dianggap membandel terhadap kebijakan Washington. Sepak terjang AS yang dianggap oleh sebagian besar warga dunia sebagai arogan dan berstandard ganda makin menggumpalkan kebencian sebagian umat Islam terhadap negara tersebut. Terlebih-lebih lagi sudah menjadi rahasia umum bahwa di belakang presiden AS selalu berdiri penasihat spiritual yang tidak lain adalah tokoh-tokoh kristen fundamentalis, seperti Billy Graham dan Pat Robertson. Namun juga perlu dicatat bahwa peristiwa 11/9 tidak berarti membelah dunia ini menjadi dua kubu yang saling bertentangan yaitu: kubu Islam dan Barat ? sebagaimana pernah diprediksikan oleh Samuel Huntington. Karena pada kenyataannya reaksi keras juga muncul dari kalangan muslim atas kekejaman peristiwa 11/9 tersebut. Bahkan bisa dikatakan dunia muslim sendiri terbelah antara yang pro terorisme dan kontra terorisme atas nama agama. Namun satu hal yang jelas bahwa peristiwa 11/9 telah menjadi suatu babakan baru dalam konflik pasca kolonialisme.

Kesamaan Natur Kedua Agama Besar dan Eksesnya

Di samping sejarah hitam yang mewarnai perjumpaan umat Islam dengan Kristen seperti tersebut di atas, agaknya tidak kalah penting untuk kita pertimbangkan adalah natur dari kedua agama besar tersebut. Kedua agama yang sama-sama lahir di wilayah semit ini mempunyai kesamaan naturnya. Bukan saja karena mereka berasal dari akar yang sama: agama-agama Abraham, tetapi juga karena sifatnya sebagai agama missioner. Kedua agama sama-sama merasa memiliki panggilan suci untuk menyebarkan dan meluaskan pengaruh agamanya. Dan celakanya latar belakang sejarah hitam tersebut mewarnai penyebaran kedua agama tersebut, sehingga yang terjadi bukan sekedar penyebaran agama tetapi juga persaingan agama. Dalam semangat persaingan tersebut masing-masing pihak menggunakan strategi dan metode yang sama: menyatakan klaim kebenaran atas dasar keburukan agama saingan. Agama saya akan makin nampak kehebatan dan keunggulannya bila itu diperbandingkan dengan agama saingan saya yang penuh dengan kebusukan, kesalahan dan kebobrokan. Klaim kebenaran hampir selalu diikuti dengan hujatan atas agama yang lain. Saling mengkafirkan orang yang beragama lain bukan lagi fenomena yang aneh dan mengherankan.

Dalam persaingan tersebut ? disadari atau tidak ? yang paling ditonjolkan adalah angka statistik atau komposisi demografik. Berapa persen umat Islam dan umat Kristen di suatu wilayah menjadi suatu realitas yang amat penting untuk selalu diperhitungkan, sebab kenaikan atau penurunan prosentase demografis dianggap sebagai cerminan yang paling jelas dan mempunyai korelasi yang kuat dengan pengaruh agama tertentu di wilayah tersebut. Masing-masing pihak akan berusaha mempertahankan komposisi demografis yang ada dan bila perlu mengubah dengan sekuat tenaga ke arah yang menguntungkan kelompok agamanya. Dalam kaitan dengan hal inilah jumlah tempat ibadah menjadi salah satu tolok ukur komposisi demografik suatu wilayah. Semakin banyak tempat ibadat didirikan, itu menandakan semakin bertambahnya umatnya. Lalu pertanyaan yang wajar segera muncul adalah: darimana pertambahan umat itu, kalau bukan dari umat agama lain? Semakin megah sebuah rumah ibadat dibangun, itu mencerminkan semakin bertambah kuatnya ekonomi umatnya. Dan pada gilirannya ini akan dipandang sebagai suatu ancaman.

Jelaslah bahwa SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri no.01/BER/mdn-mag/1969 yang pada tanggal 13 September 1969 ditanda-tangani oleh (pada waktu itu) Menag KH Achmad Dahlan dan Mendagri Amir Machmud, tidak sekedar untuk menjaga keharmonisan hubungan antar kedua agama besar tersebut, melainkan terutama untuk menjaga agar komposisi demografik kedua umat tidak mengalami perubahan yang mengejutkan sehingga dikuatirkan akan menimbulkan gejolak dan instabilitas. SKB inilah yang dituding oleh sementara pihak sebagai penyebab kericuhan yang terjadi selama ini. Di pihak yang satu SKB dianggap sebagai senjata ampuh untuk menangkal pemurtadan, tetapi di pihak yang lain menilai bahwa SKB adalah sumber diskriminasi yang selama ini dialami oleh pemeluk agama minoritas, khususnya dalam hal membangun rumah ibadatnya sendiri. Untuk memiliki sebuah tempat ibadat sendiri kaum minoritas harus menunggu ?kemurahan hati? para pemuka agama mayoritas di wilayahnya. Kini dengan maraknya penutupan tempat-tempat ibadah kristen di beberapa wilayah di Indonesia telah menyebabkan masyarakat kita terbelah paling tidak dalam dua kubu: kubu yang ingin mempertahankan SKB dan kubu yang menghendaki dicabutnya atau sekurang-kurangnya direvisinya SKB tersebut.

Jadi kita melihat betapa luka sejarah masa lampau yang tidak tersembuhkan bercampur dengan berbagai isyu kontemporer global maupun lokal telah jalin menjalin sedemikian rupa sehingga memunculkan berbagai masalah dalam hubungan antara umat Islam dan Kristen di sini dan sekarang ini. Diantaranya adalah soal penutupan rumah-rumah ibadat. Saya beranggapan bahwa masalah penutupan rumah ibadat hanyalah salah satu pokok persoalan yang muncul ke permukaan. Maka kalaupun kita menganggap bahwa penyelesaian masalah pendirian rumah ibadat penting untuk dilakukan, kita tidak boleh berhenti hanya sampai di situ. Masih banyak ?pekerjaan rumah? yang perlu kita selesaikan secara serius dari sejak sekarang ini. PR itu tidak lain adalah membangun hubungan yang harmonis di antara kedua pemeluk agama Abrahamik tersebut. Perjuangan masih panjang, namun saya yakin bukannya tanpa pengharapan.

Selasa, 17 Maret 2009

Pengutusan Berkat

Seorang teman mengirimkan sebuah tulisan, disana ada catatan dari Matius 10:8 "Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma."

Kuasa penyembuhan merupakan sebuah karunia yang diberikanNya dengan khusus. Tetapi di luar kuasa penyembuhan yang khusus itu, sebenarnya setiap manusia memperoleh talenta untuk kuasa penyembuhan itu.

Hari ini kebetulan kelompok doa kami berkumpul untuk berdoa bagi kelancaran operasi ayah saya. Salah satu doa kami tujukan juga kepada Santo Damianus dan Santo Cosmas, mendoakan agar para dokter dan tenaga medis yang bekerja dibimbing dalam rahmat penyembuhanNya.

Saya sendiri baru pertama kali ini mengetahui lebih mendalam tentang Santo Damianus dan Santo Cosmas (dalam bahasa Inggris disebutkan sebagai St. Cosmo and St. Damian), salah satu dari bait doa itu menyentuh perasaan saya.

Rasanya bagi mereka yang diberi rahmat untuk menguasai ilmu kedokteran, bukan hanya sumpah Socrates yang perlu diingat, melainkan juga ayat di atas. Memang tidak sedikit juga dokter yang dalam prakteknya juga memberikan pelayanan sosial bagi masyarakat yang kurang mampu.

Bicara tentang penyembuhan tidak selalu berbicara tentang penyembuhan fisik. Rasanya hal ini pernah juga kami bicarakan sebelumnya di dalam kelompok doa kami. "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma," pengampunan yang kita peroleh dari Tuhan memang gratis dan tidak menuntut bayaran. Terkadang bahkan kita jatuh ke kesalahan yang sama lagi, dan kembali lagi untuk meminta maaf, dan dimaafkanNya lagi. Bagi kita manusia memberikan maaf secara cuma-cuma memang terasa sangat berat, seringkali kita merasa diri kita berada di pihak yang benar dan ingin mengenyahkan pihak lain yang berbuat jahat dan menyakiti hati kita atau keluarga. Kalau kita kembali ke ayat ini, maka akan terasa betapa besar Tuhan telah menyayangi kita. Dan setiap kita kembali kepadaNya, maka amarah yang besar itu akan menyurut. Setiap kita melihat kesalahan kita pribadi yang diampuniNya, maka keinginan untuk mengampuni akan lebih mudah diperoleh. Ketika keinginan untuk mengampuni itu hadir, maka datanglah berkat damai sejahtera di dalam hati.

Luka batin dari tindakan tidak memaafkan bisa menyakiti lebih banyak lagi orang lain. Bahkan bisa juga terus diwariskan ke generasi berikutnya. Lihat saja kisah Romeo dan Juliet, kisah amarah yang diturunkan dari generasi ke generasi, dan akhirnya mengambil korban kedua anak muda yang saing mencintai itu.

Berkat pengutusan bukan hanya milik orang tertentu dengan talenta tertentu, tetapi juga milik semua umatNya. Ampunilah karena engkau telah diampuniNya secara cuma-cuma. Bagikanlah talentamu karena engkau telah menerima talenta itu dariNya secara cuma-cuma...

Tuhan,
Terima kasih atas berkat pengutusan yang Dikau berikan pada kami,
Atas semua talenta dan kebahagiaan yang kami terima,
Atas kekuatan dan malaikat pelindung yang Engkau berikan bagi kami,
Ajari kami mengampuni,
Ajari kami berbagi kasihMu,
Jadikanlah kami pembawa damai dan sukacitaMu...
Amin.